Stamford Raffles dikenal sebagai tokoh penting dalam sejarah Indonesia karena ia berperan dalam pembentukan negara modern Indonesia. Ia adalah seorang administrator kolonial Inggris yang memimpin pendirian kota Singapura pada tahun 1819, dan juga memperkenalkan sistem pemerintahan modern di Indonesia. Artikel ini akan membahas tentang sejarah Stamford Raffles di Indonesia.
Stamford Raffles lahir di Jamaika pada tahun 1781, dan pada usia 14 tahun ia bergabung dengan Perusahaan Hindia Timur Inggris (EIC) sebagai pegawai muda. Ia kemudian diangkat sebagai Administrator Jenderal Pulau Jawa pada tahun 1811. Pada saat itu, Jawa berada di bawah pemerintahan Kerajaan Inggris selama Perang Napoleonic.
Raffles menunjukkan kepeduliannya terhadap Indonesia dengan berusaha menghapuskan praktik-praktik yang merugikan rakyat, seperti pajak yang berlebihan dan praktik perbudakan. Ia juga memperkenalkan sistem hukum modern di Jawa, termasuk pembentukan pengadilan yang terbuka dan tidak memihak.
Salah satu prestasi paling penting Raffles di Indonesia adalah pembentukan Batavia Society of Arts and Sciences pada tahun 1778, yang berfungsi sebagai pusat penelitian dan pendidikan. Raffles juga mengumpulkan koleksi seni dan artefak budaya yang dikenal sebagai "Raffles Collection", yang menjadi cikal bakal Museum Nasional Indonesia.
Pada tahun 1814, Raffles diangkat sebagai Gubernur Bencoolen di Sumatera, dan kemudian pada tahun 1819 ia memimpin ekspedisi ke pulau Singapura. Di sana, Raffles melihat potensi besar dari pulau kecil itu sebagai pusat perdagangan yang strategis, dan ia memutuskan untuk mendirikan kota Singapura.
Singapura tumbuh pesat sebagai pusat perdagangan di Asia Tenggara, dan banyak orang Indonesia datang ke sana untuk bekerja dan mencari nafkah. Raffles juga mendukung pembentukan kelompok-kelompok masyarakat, seperti Perhimpunan Hindia Timur, untuk mendorong kesetaraan sosial dan politik.
Meskipun banyak orang menghargai kontribusi Raffles di Indonesia, ia juga memiliki kritik dan kontroversi. Kritik terutama berasal dari tindakannya mengambil keuntungan dari warisan budaya Indonesia, termasuk Borobudur dan Prambanan. Dia juga dianggap telah memperluas penguasaan Inggris di Indonesia dan mengabaikan kepentingan orang Indonesia.
Stamford Raffles meninggal di Inggris pada tahun 1826, namun warisannya di Indonesia tetap hidup. Ia meninggalkan warisan budaya yang penting, termasuk Raffles Collection, yang dijadikan koleksi Museum Nasional Indonesia. Pemikirannya tentang keadilan sosial dan politik juga masih menjadi inspirasi bagi banyak orang di Indonesia hingga saat ini.
ADS HERE !!!